Skip to content

NASAL IRRIGATION APAKAH SAMA DENGAN INSTINSYAQ ISTINSAR ??

Nasal Irrigation

Sumber dari :
1/ my.clevelandclinic.org/health/

Nasal irrigation atau Irigasi hidung adalah perawatan di rumah untuk membilas sinus Anda. Sinus Anda berisi udara, rongga di belakang tulang di wajah Anda. Biasanya, mereka tetap terbuka sehingga Anda bisa bernapas dengan mudah. Namun, jika sinus Anda teriritasi atau meradang, lendir (ingus) dapat menyumbat rongga hidung Anda. Dengan nasal irrigation, Anda membuang sumbatan menggunakan larutan garam (campuran air dan natrium klorida) dengan neti pot atau botol bilas.
Nasal irrigation mengencerkan lendir yang menyebabkan penyumbatan. Ini membilas zat yang menyebabkan pembengkakan.

Apa gunanya Nasal Irrigation ?
Nasal Irrigation membersihkan lendir dan mengeluarkan patogen, alergen atau zat penyebab alergi, atau kotoran lainnya. Patogen termasuk kuman, bakteri dan virus.
Alergen termasuk serbuk sari, jamur, kotoran, debu, dan bulu hewan peliharaan.
Saat zat ini terperangkap di hidung Anda, mereka mengiritasi sinus Anda dan menyebabkan gejala seperti: Hidung tersumbat atau berair. Rasa gatal di hidung atau bersin. Kesulitan bernapas.

Sumber dari :
2/ Fakultas Kedokteran Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia :

Cuci hidung atau irigasi nasal memiliki mekanisme mekanik dalam pembersihan mukosa hidung dari sekret kental, eliminasi antigen dan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, dan leukotriene yang menjadi penyebab reaksi alergi pada saluran napas bagian atas (Georgitis, 1994; Yanti et al., 2021). Cairan tersebut secara kimia juga memiliki efek antivirus dengan menginduksi kerusakan dinding sel virus sehingga mencegah inflamasi. Selama infeksi, terdapat disfungsi mukosiliar dan stasis mukus, sehingga cuci hidung membantu meningkatkan fungsi mukosilier mukosa hidung dan sinus (Yanti et al., 2021; Satdhabudha & Poachanukoon, 2012). Cairan yang sering digunakan untuk cuci hidung ialah normal saline 0,9% dan salin hipertonik 1,5%-3%. Praktik cuci hidung dapat dilakukan ketika berwudhu maupun diluar kegiatan berwudhu, yaitu dapat menggunakan spuit untuk menyemprotkan air ke dalam hidung. Indikasi cuci hidung ini terutama untuk seseorang dengan infeksi saluran napas atas, rhinosinusitis kronis, dan rhinitis alergi, serta sebagai upaya pengobatan dan pencegahan infeksi saluran pernapasan atas terutama pada anak-anak (Principi & Esposito, 2017).

 

Istinsyaq & istinsar

Cuci hidung atau Nasal Irrigation menurut Islam dikenal dengan istilah istinsyaq dan istintsar, merupakan bagian dari proses wudhu yang dilakukan oleh umat Islam. Istinsyaq merupakan proses menghirup air untuk masuk rongga hidung, sedangkan istintsar ialah proses mengeluarkan air dari rongga hidung. Dari Laqith bin Shabirah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ

“Jika engkau ingin berwudhu, maka berkumur-kumurlah (madh-madha).” (HR. Abu Daud, no. 144. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخِرَيْهِ مِنَ الْمَاءِ ثُمَّ لْيَنْتَثِرْ

“Jika salah seorang di antara kalian berwudhu, maka hendaklah ia menghirup air ke lubang hidungnya (istinsyaq), lalu ia keluarkan (istintsar).” (HR. Muslim, no. 237)

Yang disunnahkan adalah mubalaghah dalam istinsyaq (serius dalam memasukkan air dalam hidung) artinya menghirup air ke pangkal hidung sebagaimana diterangkan dalam Al-Mughni, 1:147. Dalam hadits diperintahkan,

وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

“Seriuslah dalam memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) kecuali dalam keadaan berpuasa.” (HR. Abu Daud, no. 142; Ibnu Majah, no. 448; An-Nasa’i, no. 114. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Memasukkan air dalam hidung ketika bangun dari tidur lebih ditekankan. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثًا ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka hendaklah berwudhu lalu beristintsar (mengeluarkan air dari hidung, pen.) sebanyak tiga kali karena setan bermalam di batang hidungnya.” (HR. Bukhari, no. 3295 dan Muslim, no. 238)

Istinsyaq atau salah satu rukun berwudhu ini pada praktiknya kerap kali dijumpai kesalahan pada pelaksanaannya, kesalahan yang mungkin juga kita sendiri masih melakukan kesalahan tersebut.
Seharusnya, proses Istinsyaq dilakukan dengan menghirup air hingga batas atas hidung lalu kemudian menyemburkan nya dengan keras, proses menyemburkankan ini disebut istinsar.
Proses istinsyaq dan istinsar dijelaskan lebih ditail bahkan ada anjuran untuk melakukannya dengan benar, melakukannya dengan serius.

Yang disunnahkan adalah ‘mubalaghah’ dalam istinsyaq (serius dalam memasukkan air dalam hidung) artinya menghirup air ke pangkal hidung sebagaimana diterangkan dalam Al-Mughni, 1:147. Dalam hadits diperintahkan,

وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

“Seriuslah dalam memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) kecuali dalam keadaan berpuasa.” (HR. Abu Daud, no. 142; Ibnu Majah, no. 448; An-Nasa’i, no. 114. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Masya Allah, Hadits tersebut memberikan penekanan untuk kita melakukan Istinsyaq dan istinsar dengan cara “mubalaghah” = serius. Menunjukan betapa pentingnya Istinsyaq tersebut.

Namun beberapa orang hanya memasukkan jari ke hidung atau bahkan hanya menyeka bagian cuping hidung saja.

Jika dalam sehari kita menunaikan sholat 5 waktu dan setiap berwudhu kita beristinsyaq sebanyak tiga kali, maka dalam satu hari kita sudah membersihkan rongga hidung dari kuman sebanyak 15 kali. Belum lagi jika sholat sunnah dhuha, sholat Lail..?

1500 ,seribu lima ratus tahun yang lalu, Islam melalui risalah yang sampaikan oleh Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wa salaam, sudah…catat sudah mengajarkan nasal irrigation melalui istinsyaq dan istinsar. Para sahabat,  tabiin, generasi sesudahnya dan seterusnya melakukan nya tanpa bertanya, samina wa atho’na Generasi yang Allah ridho bahkan semasih mereka hidup. Kuntum khoirul ummah.Mereka melakukannya tanpa ragu tanpa bertanya  “samina wa atho’na” Kami mendengar kami menta atinya. Karena mereka yakin pasti banyak kebaikan jika itu perintah dari Rasulullah, sholallahu alaihi wa salaam.

Setelah terbukti secara medis,klinis masihkah kita ragu dengan sunnah ini?

Jadi, bagaimana judul diatas menurut pembaca sekalian ?

 

Allahu akbar, Maha suci Allah dari segala hal yang menyekutukanNYA.
Subhanakallahumma ammaa yusyrikuun.

Wallohu apaan bishowab

rifumi
#pemulungkalimahikmah
#hidupkansunnah
#sunnah

REFERENSI:

– Al-Mughni. Cetakan Tahun 1432 H. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Penerbit Dar ‘Alam Al-Kutub.
– Zaad Al-Ma’ad fii Hadyi Khair Al-‘Ibad. Cetakan keempat, Tahun 1425 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Tahqiq: Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Abdul Qadir Al-Arnauth. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

– Georgitis, J.W. 1994. Nasal hyperthermia and simple irrigation for perennial rhinitis.
– Principi, N., Esposito, S. Nasal Irrigation: An Imprecisely Defined Medical Procedure.
– Satdhabudha A, Poachanukoon O. 2012. Efficacy of buffered hypertonic saline nasal irrigation in children with symptomatic allergic rhinitis.
– Yanti, B., Maulana, I., Sofiana, D., Sufani, L., Jannah, N. 2021. Nasal rinse and gargling as an effort in preventing COVID-19 infection with Islamic approach-a literature review. Bali Medical Journal 10(2): 503-506. DOI: 10.15562/ bmj.v10i2.2397

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: