Ditakdirkan lahir dua orang putri dari rahim ibu, Ibunda para muslim dan muslimah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin „Abdil „Uzza.
Dua puteri Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, yang pertama dalam kisah ini adalah Ruqayyah dan yang berikutnya Ummu Kultsum.
Di bawah bimbingan ,naungan sebaik-baik manusia, ayah paling bijak yang pernah ada, ayah yang mulia :
“Muhammad bin „Abdillah bin „Abdil Muththalib”
Ruqayyah, putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sempat menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab bin Abdul Muthalib.Pernikahan itu terjadi beberapa saat sebelum kenabian beliau. Setelah beberapa waktu Rasulullah diangkat sebagai Rasul, A
llah menurunkan firman-Nya, :
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”
[Quran Al-Lahab: 1]
Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Murkalah Abu Lahab, Abu Lahab kepada dua putranya, „Utbah dan „Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah tersebut “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!” Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, Utbahpun menceraikan Ruqayyah, sedang Utaibah pun menceraikan Ummu Kultsum sebelum sempat mencampurinya.
Begitu indah cara Allah menyelamatkan kedua Putri kekasihNYa. Dengan jalan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun memeluk islam bersama ibunda dan saudari-saudarinya, dan mereka termasuk pemeluk Islam generasi awwal.
Ruqayyah bintu Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa salam disunting oleh salah seorang sahabat mulia, „Utsman bin „Affan radhiallahu anhum .
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam bara keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Azza wa jalla bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya.
„Utsman bin „Affan membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu anhumma melahirkan seorang putra yang bernama „Abdullah. Akan tetapi, putra „Utsman ra. ini tidak berusia panjang.
Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan asbab musibah ini, „Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum radhiallahu anhumma, berhijrah bersama keluarga Rasulullah Shallahu Alaihi wa salam. Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah.
Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah diserang sakit. Rasulullah pun memerintahkan Utsman bin Affan radhiallahu anhum unyuk tetap tinggal menemani istrinya. Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir.
Di antara malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam kembali ke hadapan Rabb-nya karena sakit yang dideritanya. „Utsman bin Affan radhiallohu anhum sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah rodhiallahu anhumma ,terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah.
Duka mendalam berlangsung bersamaan dengan datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad Sahalallahu alaihi wasalam pergi untuk selama lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.
Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib, setelah Ruqayyah wafat, Rasulullah melihat Utsman dalam keadaan sedih. Beliau berkata, “Kulihat engkau bersedih, ada apa”? Utsman menjawab, “Apakah ada orang yang mengalami seperti yang kualami. Istriku, putri Rasulullah, wafat. Rasanya punggungku terpotong. Terputuslah hubungan kekerabatan antara aku dan Anda.”
Di saat itu, Nabi berkata padanya, “Utsman, ini Jibril ‘alaihissalam menyampaikan perintah Allah kepadaku agar menikahkanmu dengan saudarinya. Yaitu Ummu Kultsum. Maharnya sama seperti saudarinya. Dan berinteraksilah sama seperti saudarinya.” Nabi pun menikahkannya dengan putrinya.
Saat menikahkan putrinya, Ummu Kultsum, dengan Utsman.
Rasulullah berkata pada Ummu Kultsum, “Sungguh suamimu adalah orang yang paling mirip dengan kakekmu, Ibrahim. Dan ayahmu, Muhammad.”
Ummu Ayyasy berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah aku nikahkan Utsman dengan Ummu Kultsum kecuali berdasarkan wahyu dari langit.”
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Utsman, “Hai Utsman, ini Jibril. Ia mengabarkan padaku bahwa Allah menikahkanmu dengna Ummu Kultsum dengan mahar yang sama dengan Ruqayyah. Dan engkau berbuat baik padanya sama dengan pergaulanmu dengan Ruqayyah.”
Ummu Kultsum wafat pada bulan Sya’ban tahun 9 H.Dari Ummu Athiyyah, ia berkata, “Rasulullah menemui kami saat kami sedang memandikan jenazah putrinya, Ummu Kultsum.
Beliau bersabda,
“Mandikan dia tiga kali. Atau lima kali. Atau lebih dari itu kalau menurut kalian perlu. Mandikan dengan air dan daun bidara. Dan jadikan bilasan terakhirnya air bercampur kapur atau sedikit kapur. Kalau kalian sudah selesai, kabarkan padaku.”
Usai memandikannya, kami memberi tahu pada beliau. Lalu beliau memberikan kami kain kafan dan berkata, ‘Pakaikan ini sebagai penutup tubuhnya’.”
Dari Riwayat ini, bisa kita ketauhi bahwa Ummu Kultsum wafat di masa kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah duduk di sisi kubur putrinya itu. Dan yang turun meletakkan jenazah ke pemakamannya adalah al-Fadhl bin Abbas dan Usamah bin Zaid.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di sisi kubur Ummu Kultsum. Saat itu, air mata beliau menetes. Beliau bersabda, ‘Apakah di antara kalian ada yang tidak mendatangi istrinya semalam’? Abu Thalhah berkata, ‘Saya’. Beliau mengatakan, ‘Turunlah’.”
Dari Abu Umamah, ia berkata, “Saat jenazah Ummu Kultsum binti Rasulullah diletakkan di kubur. Rasulullah membacakan ayat:
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”
[Quran Thaha: 55]
Wallahu ‘alam bsishowab