Skip to content

NABI SULAIMAN ‘ALAIHISALAM , SIHIR DAN ILMU GHOIB

Bismillah,

Ketika Nabi Muhammad S.a.w datang kepada bangsa Jahudi , mendakwahi mereka mengajak kepada Islam, mereka menentangnya dengan kitab Taurat dan berdebat, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam menceritakan perihal Nabi Daud ‘alaihissalam dan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, maka orang-orang Yahudi mengatakan, “Lihatlah oleh kalian Muhammad ini, dia mencampur-adukkan antara yang hak dengan yang batil. Dia menyebut Sulaiman bersama para nabi, padahal sesungguhnya Sulaiman hanyalah tukang sihir yang dapat menaiki angin.” Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan firman-Nya;
“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).” [Al-Baqarah : 102]

Pada akhirnya kitab Taurat sehaluan dengan Al-Qur’an. Lalu mereka meninggalkan kitab Taurat dan mengambil kitab Asif serta sihir Harut dan Marut.

Siapakah Asif yang dimaksud oleh kaum Jahudi ini?

Baca Juga : Harut dan Marut siapakah mereka sebenarnya , Malaikat atau Manusia ?

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahawa Asif ibnu Barkhia adalah juru tulis Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Dia adalah orang yang mengetahui Ismul A’zham, dan mencatat segala sesuatu atas izin Nabi Sulaiman ‘alaihissalam.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Hajjaj, dari Abu Bakar, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa ketika kerajaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dirampas dari tangannya, maka selama ketiadaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, syaitan-syaitan mencatat ilmu sihir.

Baca juga : Saat Imperium Nabi Sulaiman dikuasai Syaithon

Tersebutlah bahwa syaitan-syaitan sering naik ke langit, lalu sampai pada suatu kedudukan yang darinya mereka dapat mencuri pendengaran. Lalu mereka mencuri sebagian dari perkataan para malaikat mengenai apa yang akan terjadi di bumi menyangkut perkara kematian, atau perkara yang ghaib atau suatu kejadian. Kemudian syaitan-syaitan itu menyampaikan perkara tersebut kepada para tukang ramal, lalu mereka,[ tukang ramal ] menceritakan kepada manusia perkara tersebut, dan ternyata kejadiannya mereka mendapati seperti apa yang dikatakan oleh para tukang ramal itu.

Setelah manusia mempercayai semua perkataan para peramal dusta tersebut demikian pula para juru ramal percaya dan bertambah keyakinannya kepada syaitan-syaitan tersebut, maka syaitan-syaitan itu berdusta kepada mereka dan memasukkan perkara-perkara yang lain ke dalam berita yang dibawanya; mereka menambah tujuh puluh kalimat pada setiap kalimatnya.
Syaitan-syaitan tersebut mencatat bahawa barang siapa yang ingin mendapatkan ini dan itu, hendaklah dia menghadap ke arah matahari dan mengucapkan mantera ini dan itu. Barang siapa yang hendak melakukan anu dan anu, hendaklah dia membelakangi matahari dan mengucapkan mantera ini dan itu , dan lain sebagainya. Syaitan-syaitan itu mencatat semuanya dan menamakan catatannya itu dengan suatu judul, yaitu :
Inilah yang telah dicatat oleh Asif ibnu Barkhia buat Raja Sulaiman ibnu Daud, segala perkara rahasia ilmu yang terpendam“. Mereka berdusta atas nama Asif Ibnu Barkhia.

Setelah kerajaannya kembali dalam kekuasaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, beliau kemudian memerintahkan kepada utusan beliau untuk merampas buku-buku tersebut. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu oleh beliau di kubur di bawah kursi singgasananya.
Tidak ada satu jenis syaitan pun yang berani mendekat ke kursi singgasana tersebut melainkan dia pasti terbakar.
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berkata, “Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahawa syaitan-syaitan itu mengetahui perkara yang ghaib melainkan aku pasti menebas batang lehernya (sebagai bentuk hukumannya).”

Begitulah seharusnya hukuman terhadap tukang sihir yang ketahuan melakukan praktek perdukunan. Dan hukuman ini dilakukan dinegara ang memberlakukan hukum Islam.

Setelah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam wafat dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi Sulaiman ‘alaihissalam telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi selepas itu, maka datanglah syaitan dalam bentuk seorang manusia. Syaitan itu mendatangi segolongan kaum Bani Israel dan berkata kepada mereka, “Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perkara yang tidak akan habis kalian makan untuk selama-lamanya?” Syaithon membujuk dengan perkataan ang melenakan. Mereka menjawab, “Tentu saja kami mau.” Syaitan berkata, “Galilah tanah di bawah kursi singgasananya.”
Syaitan pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka, sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat tersebut.

Mereka berkata, “Mendekatlah kamu ke sini.” Syaitan menjawab, “Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kamu tidak menemuinya, kalian boleh membunuhku.”

Seperti kita ketahui tentu saja syaithan tersebut tidak akan berani mendekati Kursi Singasana Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, pastilah akan terbakar.

Mereka menggali tempat tersebut dan akhirnya mereka menjumpai kitab-kitab itu. Ketika mereka mengeluarkannya, syaitan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan mengatur manusia, syaitan-syaitan, dan burung-burung hanyalah melalui ilmu sihir ini.” Selepas itu syaitan tersebut terbang dan pergi.
Lalu kumpulan orang jahudi tersebut berkata : “Demi Allah, sesungguhnya Sulaiman adalah seorang penyihir. Inilah sihirnya. Dengan sihir ini kita diperbudak, dan dengan sihir ini kita dikalahkan.” Orang-orang yang beriman mengatakan, “Tidak, bahkan dia adalah seorang yang mukmin lagi mukmin”

Maka sejak saat itu mulai tersebarlah di kalangan manusia bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihissalam adalah ahli sihir.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah ada keterangan dari syaitan, maka orang-orang yang tidak mengerti mengkafirkan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan mencaci-makinya, tetapi para ulama dari kalangan mereka hanya diam. Orang-orang yang jahil dari kalangan mereka terus-menerus mencaci-maki Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, hingga Allah S.w.t menurunkan QS Al-Baqarah : 102 kepada Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasalam

“……. padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).” [Al-Baqarah : 102]

Orang-orang Yahudi mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan-syaitan itu di masa kerajaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Sebelum itu ilmu sihir memang telah ada di muka bumi ini, tetapi fakta jika ilmu sihir baru diikuti pada masa kerajaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam atau sesudah masa beliau penulis belum mendapatkan literatur yang bisa dijadikan rujukan yang shohih. Silahkan untuk para pembaca budiman jika menemukan literatur yang shohih , mohon bisa dicantumkan di kolom komentar.

Kedustaan para Jin Kaffir yang terungkap.

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ : 14)

Dahulu, para setan dan jin-jin kafir itu selalu menyebut-nyebut kepada manusia bahwa mereka mengetahui hal-hal yang gaib dan mengerti rahasia alam ini. Mereka sesumbar bahwa mereka tahu apa yang akan terjadi esok hari. Karena itu, melalui peristiwa ini, wafatnya Nabi Sulaiman ‘alaihisalam, Allah subhanahu wa ta’ala ingin menampakkan kedustaan ucapan mereka kepada para hamba-Nya.

Pada hari yang telah ditetapkan, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memasuki mihrabnya. Di depan dan belakang beliau dalam mihrab itu ada semacam ventilasi, sehingga apa yang terjadi dalam mihrab itu jelas dapat dilihat dari luar. Nabi Sulaiman mulai shalat sambil berdiri dengan bertelekan di atas tongkat beliau.

Masih dalam keadaan berdiri, Malaikat Maut datang mencabut ruh suci beliau, dan beliau pun wafat dalam posisi berdiri.

Di luar mihrab, seperti biasanya, jin-jin itu melaksanakan pekerjaan berat yang diperintahkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Sambil bekerja, mereka mengintip ke arah mihrab, ternyata Nabi Sulaiman ‘alaihissalam masih berdiri dalam shalatnya. Sama sekali mereka tidak menyadari bahwa Nabi Sulaiman sudah sejak tadi meninggal. Mereka tidak merasa aneh, karena memang demikian kebiasaan Nabi Sulaiman jika sudah larut dalam shalatnya.
Itu adalah pekerjaan yang menyusahkan mereka. Seandainya para jin yang angkuh dan sombong tersebut mengetahui yang gaib, pasti mereka mengetahui kematian Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang mereka nanti-nantikan, agar mereka terbebas dari keadaan mereka saat itu. Setelah itu, setiap kali melewati beliau yang sedang bertelekan di atas tongkatnya, mereka mengira beliau masih hidup, sehingga mereka merasa takut. Mereka pun tetap melaksanakan tugas mereka seperti biasa. Hal itu berlangsung selama setahun penuh.
Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan rayap memakan tongkat beliau ‘alaihissalam. Akhirnya, tongkat itu rapuh dan jasad Nabi Sulaiman ‘alaihissalam tersungkur. Barulah mereka menyadari ternyata Nabi Sulaiman ‘alaihissalam telah lama wafat.

“Sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”

Qs.As Saba.14

Allah menjelaskan kepada kita bahwa keaadaan mereka / para jin kaffir dan setan tersebut dalam mengerjakan perintah Nabi Sulaiman dalam keadaan terpaksa dan mereka sangat terhina.
Para jin tersebut pastilah sangat berterima kasih kepada para rayap yang sudah memberitahukan secara tidak langsung kepada mereka peristiwa wafatnya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Sehingga mereka bisa terbebas dan langsung pergi berhamburan meninggalkan lokasi.
Melalui khabar ini,Allah azza wa Jalla menyampaikan pesan yang sangat jelas, sejelas Sinar Matahari di siang hari yang tanpa awan, menyampaikan kepada Makhluk yang berakal, para jin dan manusia, bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghoib kecuali Allah Rabbul alamiin.

Wallahu ‘alam

rifumi

#pemulungkalimahikmah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: